Pramitha

Pramitha

Minggu, 20 November 2011

“Kehidupan Cameria Happy Pramita alias Mita The Virgin"





SEBELUM GABUNG DENGAN AHMAD DHANI

Sejak kecil, dia sudah menjadi pelindung keluarga, karena dirumah tak ada sosok pria yang benar. Sampai sekarang, dia tak pernah tahu yang namanya bapak. Karena begitu lahir, dia langsung diungsikan ke Bangka, sementara mama dia yang bernama Emmy Sofyana di Jakarta. Waktu dia ke Jakarta lagi ,mamanya sudah menikah dengan papa adiknya.
Ternyata,kehidupan papah barunya nya tidak bagus juga karena papa adiknya itu pengangguran. Walaupun ada papa barunya , kehidupan keluarganya  sama saja karena ekonomi bergantung pada mamanya.
Ketika dia beranjak SMA , sedikit demi sedikit dia membantu mamanya. Dari SMP,dia  sudah ngeband,dan SMA sudah menghasilkan uang dari manggung dari kafe atau hadiah lomba. “Alhamdullilah,aku sudah tidak pernah lagi minta uang sama mama setelah bergabung di RCM (Republik Cinta Management-milik Ahmad Dhani)” ujarnya. Dia tidak memperbolehkan mama bekerja.
Lewat grup The Virgin, dia menjadi terkenal dan sukses, ini bukan impiannya. Ini anugrah terindah yang diberikan Tuhan. Di usia 25 tahun ini, dia dapat membeli apa pun yang dia inginkan, termasuk memenuhi kebutuhan keluarganya. ” Dulu, dapat uang Rp1 juta saja susahnya minta ampun” ujarnya. Sekarang, dia bisa beli baju untuk manggung yang harganya Rp1 juta.  Semua ini tak pernah dia menduga sebelumnya.
Sebelum dia bergabung di RCM, mamanya terjatuh, dan membuat sendi ditangan kirinya terlepas dan tidak bisa bergerak. Waktu itu dia berhenti ngeband, lalu fokus dikantor (biro jasa yang mengurus perpanjangan STNK,SIM,BPKB) dan mengurus mamanya . Begitu mamanya agak sehat, tiba – tiba dia ditelpon mas Wawan, bassis Maha Dewi, dari situlah terbuka jalan hidupnya  yang seperti sekarang ini.
Membiayai  3 adiknya, tidak dibantu siapa – siapa. Alhamdullilah 2 adiknya sudah lulus, sekarang tinggal adiknya  yang bungsu yang menyelesaikan sekolahnya, dia lah  yang menanganinya. Selama 20 tahun itu mamanya bekerja sendirian, padahal umurnya sudah tidak muda lagi kurang lebih 50 tahun. Mungkin sudah jalan dri Tuhan  ketika mamanya  sakit, gantian dia yang bekerja.
‘AKU INI PEREMPUAN’ ujarnya.
Kasihan mamanya, papa dia meninggalkannya begitu saja. Dia  tak mengenal siapa ayah kandungnya. Meski papa nya  meninggalkan mereka ,dia  tak menyimpan dendam dihatinya. Bagaimana mau dendam ketemu saja tak pernah. Dia sangat kecewa pada papa nya. “Mungkin,ia punya pemikiran lain mengapa meninggalkan kami,” ucapnya.
Andai papa nya  tahu anaknya seperti ini ,pasti ia menyesal meninggalkannya dan mamanya. Dia  tidak tahu papa nya  masih hidup atau tidak. Tapi dia yakin beliau pasti sangat menyesal meninggalkan keluarganya.” Menurutku,kurang apa sih mama? Cantik, bisa cari uang, dan sekarang punya anak yang kayak gini. Ya, mungkin ia punya pemikiran yang berbeda, kejadiannya sudah lama 23 tahun yang lalu”(Mitha menggangkat kedua bahunya).
Dia tak mau mencari ayah kandungnya. “Biar saja. Untuk apa dicari,kalaupun dia muncul, aku Cuma mau melihat mukanya dari ujung kaki sampai kepala, abis itu aku tinggalkan deh” katanya. Dia juga mau tahu siapa nama papa nya, supaya kalau dia meninggal ada tulisan binti siapa. “Jujur,aku tak tahu nama ayahku” ujarnya. Dia pernah bertanya tentang ayahnya itu kepada mama nya , tapi dia diam saja langsung menangis. Dia tidak mau membuat mamanya menangis. Dia tidak akan bertanya tentang ayahnya lagi. Biarkan saja suatu saat nanti pasti ada jawabannya. Latar belakang semacam itu menempanya seperti ini , terbentuklah fisiknya yang seperti pria dan batin yang selalu ingin melindungi orang yang dicintai dan disayangi. Karena sejak kecil dia sudah mempunyai tanggung jawab untuk melindungi mama dan kedua adiknya. Dia jadi tomboi. Sebetulnya dia seperti mamanya, beliau tomboy banget. Banyak yang bilang mamanya itu polwan , soalnya rambutnya pendek , mukanya sangar,dan badannya gemuk. Kalau fisik dan jiwanya yang jadi pelindung , mungkin memang bawaan dari keluarga. Dia punya adik yang terpaut cukup jauh , yakni 8 tahun , jadi dia melindungi adiknya banget. Apalagi dia anak pertama , otomatis menjadi panutan adik – adiknya. Tapi dia tetap perempuan.
Dia hanyalah Mita, seorang perempuan yang menjadi pelindung dan tulang punggung keluarganya. Disisi lain dia seperti perempuan lain yang mellow , cengeng , takut setan , takut cacing. Tapi,kalau menyangkut urusan hidup , dia berubah jadi Mita yang tegar.
Dia nggak minder. Dia cuek dan santai banget. Kalau ada yang tanya , dia jawab apa adanya sesuai keadaannya.Dia pernah mengatakan “orang mau menggangap aku apa , aku tak peduli. Yang penting didunia ini hanya mama dan kedua adikku. Yang lain nggak penting”.
Belajar dari pengalaman Mamanya,
Mama adalah orang yang paling berjasa dan sumber kekuatan baginya dalam menjalani hidup. Apapun yang dia lakukan sekarang ini, semuanya untuk Mama. Banyak pelajaran berharga yang ia ambil dari kehidupan Mamanya, salah satunya adalah : sebagai perempuan ,  jangan bergantung pada pria.
Biar bagaimanapun pria memang akan menjadi pemimpin dan imam dalam keluarga kita , tapi tetap saja perempuan harus mempunyai pegangan untuk diri sendiri. Minimal harus mempunyai pendidikan yang bagus , supaya jangan diremehkan pria. Begitu juga dengan harta , sebisa mungkin harus punya harta pribadi , supaya kalaupun ada pria yang jahat , dia tetap bisa menjalani hidup ini tanpa kehadiran pria. Kalau Mamanya dulunya sangat bergantung , dan waktu ditinggal langsung kelabakan. Sekarang beliau jadi kuat dan tegar dalam menjalani hidup ini , tidak bergantung lagi pada pria, apalagi setelah mendapat pria yang ternyata sama pemalasnya dengan papanya dulu.
Perjuangan Mamanya penuh lika liku, itu tidak membuatnya sedih. Justru, dia bangga mempunyai Mama yang kuat menjalani hidup ini. Mamanya menjadi panutan, agar dia selalu mempunyai semangat seperti beliau. “Mama itu kuat banget, selama 20 tahun membiayai 3 anaknya sendirian, bekerja dari pagi sampai malam. Mungkin, waktu SD dan SMP aku belum mengerti, tapi setelah SMA dan terjun langsung menjadi Mama dalam tanda kutip, aku baru merasakan beratnya menjadi seorang ibu yang juga tulang punggung keluarga” ujarnya. “Naik bus dari tangerang ke Jakarta, Bogor , Bekasi , Bandung. Semua samsat di Jabodetabek diambil sama Mama. Ikut Mama kelantai 1, 2, 3, 4, turun lagi ke lantai 1, naik lagi ke lantai 4, wah, capeknya luar biasa. Itulah Mama, niat untuk keluarga sangat kuat, sehingga aku bangga mempunyai Mama seperti itu” tambahnya.
Pada saat Mita berbicara , Mita terllihat sangat tegar dan kuat saat menceritakan pengalaman hidupnya, tidak ada air mata yang menetes di pipinya.
Hahaha… (tertawa getir) kalau ngobrol sama Mamanya , Mita lebih kuat lagi . Mamanya itu cerita hidupnya lebih parah. Dia saja kalau mendengar ceritanya suka bilang,”Ya Allah, begini banget ya Mama dulu?”. Mamanya bilang , waktu SD bibirnya pernah dipukul sampai jontor dan berdarah oleh papa tirinya . Almarhumah neneknya  juga bilang dia pernah ditonjok , disiram di kamar mandi dan dikunci dari luar. “ Jujur, aku tak pernah menangisi kehidupanku yang pahit ini , malah membuatku tambah kuat. Tapi hal-hal yang tak penting malah suka bikin aku nangis. Kebalikannya deh. Hahaha…” ujarnya sambil tertawa.
Dia belum pernah menangis karena pria, karena ada tembok China di hatinya. Bisa dibilang ada sedikit trauma, tapi tidak ia jadikan beban. Ada kabut yang sedikit membentengi perasaannya dari pria. Kalau menemukan sedikit pun cacat tentang pria itu , misalkan tentang prinsip hidup , dia pasti nggak mau.

“Tidak Semua Pria Itu Bajingan”
‘Jika Aku Menikah’
Mamanya sering bertanya kapan dia punya pacar dan mengenalkannya pada keluarga. Dia bilang, ”Ma, Mita tuh bukannya gak mau pacaran sama pria , tapi lagi nggak pengen dan belum ada yang cocok”. Mamanya bilang, “ bagimana mau dapat pria , kalau dandanan kamu saja kayak pria?”. Dia jawab, ”Tipe wanita idaman setiap pria kan beda-beda. Santai ajalah Ma.” Dia sih yakin, suatu saat nanti pasti ada pria yang bisa terima dia apa adanya. Sebagai perempuan , dia masih punya keinginan untuk menikah, mempunyai anak dan mengurus keluarga. Targetnya untuk menikah saat berumur 27 tahun.
Seandainya menikah, dia ingin mendapat suami yang bisa mengertinya apa adanya. Bisa menerima latar belakangnya , sisi baik dan buruknya . “Sebelum menikah , aku harus tau semuanya. Aku nggak mau hidup dalam kebohongan , karena aku tak suka dibohongi dan tak mau bohongi orang” ucapnya . Jadi, saat ada pria yang mengajaknya menikah , pria itu harus tahu semua kejelekan dan kebagusannya . Kalau pria itu bisa menerima dia apa adanya, baru deh mereka menjalani hubungan. Dia ingin punya suami yang seimbang antara akhirat dan duniawi. “ Bandel di dunia boleh , tapi dia harus bisa menjadi imam di keluarga untuk bisa membawa istri dan anaknya ke surga. Harus kuat imannya” katanya .
Setelah menikah dia akan berhenti berkarier dan fokus urusan rumah tangganya. Makanya, sekarang dia tidak buru-buru nikah karena mau cari uang banyak , terutama untuk Mama dan adik-adiknya. Kalau perlu, dia ingin melihat mereka sukses dan menikah , baru deh memikirkan hidupnya sendiri.Dia tak takut dilangkahi , kan nanti dapat uang pelangkah. Hahaha…
Dia punya pemikiran , yang kayaknya nggak mungkin. Tapi, ada segelintir di otaknya itu kalau dia sudah menikah nanti , dia ingin memakai jilbab . Tap i, tidak tahu bakalan terwujud atau nggak, sekarang bentuknya aja masih kayak begini. Ketika memakai jilbab , dia ingin sudah siap hatinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar